Senin, 05 April 2010

jurnal tanggal 30-03-2010

Teori Sosial Dalam Sosiologi

A. Struktural Fungsional

1. Salah satu penemunya adalah Emile Durkheim

2. Mengapa struktural fungsional

a. Struktural

· Memandang fakta-fakta di luar di manusia (manusia berperilaku), karena menyikapi fakta-fakta yang sudah terstruktur.

· Ada hubungannya kausalitas antara faktor eksternal (heteronom) dan internal (otonom) manusia.

b. Fungsional

· Memandang adanya unsur-unsur yang interpenden dalam masyarakat, mirip seperti organisme (misalnya tubuh manusia).

· Untuk memahami masyarakat, kita harus memahami bagaimana bagian-bagian (unsur-unsur) masyarakat itu bekerja.

· Fungsionalisme : Sebagai suatu analisis sistem, merupakan analisis yang

bersifat struktural (mencermati hubungan kausalitas

diantara mereka).

3. Kesimpulannya, struktural fungsional :

a. Menekankan keteraturan (order), dengan konsep utama :

- Fungsi disfungsi - Fungsi laten

- Fungsi manifes - Fungsi Keseimbangan (equilibrium)

Catatan :Pemahaman atas konsep ini muncul terutama setelah Robert K . Merton (1968), sebelumnya

hanya konsep fungsi yang diperhatikan.

b. Masyarakat : Sistem sosial yang secara fungsional terhubung dengan

sistem lainnya. Jika 1 sistem tidak berfungsi akan

mempengaruhi sitem lainnya (lihat kembali contoh fungsi

struktur dari parsons).

c. Hukum diberi peran sebagai agen status quo atau tidak bergerak, maksudnya :

· Makin tenang makin berhasil.

o Laten function : konsekuensi yang tidak diharapkan atau tidak diketahui

dan tindakan sosial.

o Manifest function : Konsenkuensi yang diharapkan atau tindakan sosial.

· Tidak menyukai adanya perbuatan yang merusak tatanan sosial, konflik (sesuatu diharamkan).

Catatan : konsep ini ingin menciptakan keseimbangan

d. Sesuatu yang tertib dan mapan dianggap baik atau normal, sebaliknya dianggap tidak baik atau abnormal, mirip seperti tubuh manusia (normality vs pathology = oposisi binary atau binary apposition).

Catatan : Teori ini dikritik karena mengasumsikan masyarakat selalu dalam kondisi damai (berjalan

menurut fungsinya).

e. Dalam kenyataannya, masyarakat tidak selalu menyenangi status quo juga tidak selalu terbukti bahwa proses dis asosiatif itu harus berujung pada proses asosiatif.

B. Konflik

1. Baihuaqi : Orang mengkritik seseorang dan lalu menulis

orang yang mengkritik.

2. Penemunya dari konflik :

a) Karl max d) Ralf Dahrendroff

b) D. Wright Mills e) Randall Collins

c) Tom B. Bottomore f) Richard P. Appelbaum

3. Pendapat dari beberapa penemu :

a) Karl Max :

- Membicarakan infrastruktur dan suprastruktur

- Sejarah masyarakat terjadi karena persaingan antar kelas (konsep alinensi (ingin berjaya sendiri) memperebutkan SDA).

- Kapitalisme makin mempertajam persaingan itu.

- Suatu saat kelas borjuis (kapitalis atau kaya) akan dikalahkan oleh kelas proletar (kebalikkan dari borjuis).

- Struktur masyarakat ditentukan oleh cara mereka berproduksi. Alat produksinya adalah materi terpenting yang menentukan struktur sosial.

b) Ralf Dahrendroff (1976):

- Setiap masyarakat tunduk pada proses perubahan.

- Setiap unsur masyarakat berkontribusi pada terjadinya disintegrasi dan perubahan sosial.

c) Jonathan H. Turner : Konflik tidak selalu berujung pada kehancuran

sistem, namun justru bisa memperkuat sistem baik

secara keseluruhan maupun bagian-bagian tertentu.

4. Teori Konflik : Sesuatu yang tidak terelakkan dalam masyarakat. Selain ada

proses asosiatif, tentu ada proses disasosiatif.

5. Menekankan pertentangan terus-menerus diantara unsur-unsur dalam masyarakat (disintegrasi sosial).

6. Masyarakat berada dalam proses perubahan (konflik itu pertanda perubahan).

C. Interaksi Simbolik

1) Penemunya :

a) Georg Herbert Mead e) Howard Sobecker

b) Nanford H. Kuhn f) Norman K. Penzin

c) Herbert Blumer g) J. Terhiede

d) Ralp H.Kunner

2) Manusia itu mahluk sosial (hidup berkelompok).

3) Sebagai mahluk sosial, mereka berinteraksi dan berkomunikasi dengan menggunakan simbol-simbol tertentu (a. l. bahasa).

4) Namun simbol-simbol itu tidak hanya untuk keperluan hubungan antar pribadi, melainkan juga untuk keperluan pribadi (berfikir).

5) Setiap orang atau kelompok akan memaksakan pandangnnya sendiri (self-image) kepada pihak lain. Hal ini tercipta proses “desak-mendesak” sampai kemudian terwujud working consensus (memberi arahan tentang rencana (strategi menuju tujuan) bersama dalam hidup bermasyarakat itu) yang memungkinkan adanya tindakan-tindakan bersama.

6) Jadi pada tingkat mikro pun, setiap orang berusaha belajar memahami orang lain, oleh sebab itu sistem sosial pun mengalami morfogenesis (terus belajar dan mengubah dirinya sendiri).

7) Hukum pun dapat dipandang sebagai hasil dari morfogenesis ini. Terhiede menggambarkannya dengan rumus :

B = FPE Ket. : B = Behaviour

F = Fungsi menunjukkan relasi ketergantungan

P = Plan atau rencana atau tujuan bersama

Contoh : Dalam hidup suatu keluarga, setiap individu memiliki peran.

Masing-masing memahami simbol menurut pandangnnya.

Interaksi simbol ini menghasilkan konsensus (terkait rencana

bersama dalam situasi tertentu).

8) E. M. Burner (Antropolog dari Universitas Illinois) meneliti masyarakat batak Toba yang terubanisasi di kota Medan (1967-1970) dan di kota Bandung (1967-1970). Hasilnya :

a) Medan :

b) Bandung :

D. Pertukaran Sosial

1. Manusia adalah mahluk yang penuh pamrih.

2. Setiap orang ingin mendapatkan keuntungannya dihubungannya dengan orang lain.

(Keuntungan = Imbalan (respons pihak lain) – biaya (kewajiban, kebosanan,

rasa khawatir, dll)

3. Perhitungan keuntungan itu merupakan pilihan rasional (Rasional Thoice Theory). Disini terjadi pertukaran (Take & give) antara imbalan dan biaya.

4. Dlam hal tertentu, manusia juga sadar tidak selalu keuntungan berada dipilihannya. Oleh sebab itu, untuk sementara seseorang dapat apa saja berkorban demi perhitungan keuntungan dikemudian hari.

5. Pertukaran sosial # pertukaran ekonomi. Karena pada pertukaran sosial, prestasi dari para pihak tidak harus spesifik.

6. Prinsip rasionalitas ini sudah disinggung oleh Jeremy Bentham (tokoh utilitarisme) dengan perhitungan pleasure dan pain.

7. Kalkulus Heodonistis atau hedonistic calculus yang dikembangkannya. Ini berangkat dari perhitungan atas atau faktor-faktor :

a. Kepastian akan terjadi c. Intesitas

b. Lamanya kesenangan atau pemberitaan lansung

8. Contoh untuk perilaku orang mabuk :

a. Ketidaksenangan (debet) :

- Lama atau durasinya singkat.

- Fecunlity atau akibatnya miskin, nama menjadi buruk, tidak sanggup bekerja, dll.

- Purity atau kemurniannya dapat diragukan (dalam keadaan mabuk sering tercampur unsur ketidaksenangan).

b. Kesenangan (kredit) :

- Intesity atau intensitasnya membuat banyak kesenangan.

- Certainty atau kepastiannya kesenangan pasti terjadi.

- Propinquinty atau jauh atau dekatnya kesenangan timbul cepat.